Duka menjadi Freelancer



Banyak orang berpikir menjadi Freelancer itu enak, bekerja dimana saja, kapan saja semau jidatnya. Memang ya pepatah rumput tetangga selalu terlihat lebih hijau ada benarnya. Nafsu kita menjadi fatamorgana terindah bagi alam khayal milik kita sendiri. Seperti saat kita mempunyai laptop biasa (non mac) kita pengen punya mac dengan segala pembenaran yang kita upayakan agar mac itu menjadi keharusan kita ganti laptop wkwk. Setelah ganti mac eh ternyata biasa aja wkwk.

Udah-udah balik lagi ke topik nih, well, saya sudah hampir setengah tahun belakangan menjadi freelancer, memang tidak menjadi pekerjaan utama saya karena memang masih riskan dan masih kurang stabil dalam hal pendapatan. Tapi itu tetap saja bisa menjadi tolak ukur dalam saya menulis tulisan ini.

Oke, langsung saja, ini adalah beberapa hal gak enak yang saya rasakan ketika menjadi Freelancer.


1. Pendapatan tidak menentu

Ini sebenarnya menjadi masalah utama seorang Freelancer, sebenarnya tidak semua Freelancer seperti ini, ada juga Freelancer yang bekerja di sebuah perusahaan dan menerima bayaran bulanan layaknya pegawai pada perusahaan tersebut, tapi tentu saja hal ini sangat jarang kita temui.

Nah, seorang Freelancer tentu saja dapat bayaran ketika dia punya job, kalo ngga punya job ya ga ada bayaran wkwk. Ya iyalah. Yang saya maksud disini adalah, ketika menjadi seorang pegawai, ada kerjaan atau ngga ada kita tetap menerima uang gaji tiap bulannya. Sedangkan berbeda dengan freelancer, hal tersebut tidak berlaku. Ngerti kan maksud saya? wkwk harus ngerti dong.

2. Tidak ada yang namanya THR

Kita sedang berada di bulan suci Ramadhan (at least saat tulisan ini dibuat, sedang bulan puasa), dan biasanya para pegawai di perusahaan entah itu kontrak atau tetap mendapatkan hak THR (Tunjangan Hari Raya) yang besarnya tentu saja berdasarkan kebijakan perusahaan. Nah hal ini tidak berlaku bagi seorang Freelancer, uang yang didapat ya sesuai kesepakatan diawal mengenai gono gini project, nah kecuali memang di bahas mengenai THR di kesepakatan wkwk itu mah udah beda lagi ya.

Tapi biasanya sih, ngga ada THR-THR an buat Freelancer, sedih ya. :(

3. Listrik & Internet & Kopi & lain-lain bayar sendiri

We are Freelancer, we work everywhere and anywhere. Bisa di rumah, di cafe, di angkringan, di telkom, di rumah tetangga, di sekolah yang ada wifi nya, di rumah pacar, dirumah gebetan, dirumah selingkuhan dimanapun itu selama memungkinkan.

Karena prinsip kerja dimanapun dan kapapun hal itu tentu saja memaksa kita untuk menyediakan listrik, internet, kopi dan lain-lain yang kita perlukan dengan biaya sendiri. Jika cerdas, seorang Freelancer akan menghitung perkiraan untuk biaya kebutuhan itu semua di awal dalam menentukan harga project tersebut. Tapi kadang ada beberapa masalah, pertama Freelancer bingung dalam menentukan perkiraan biaya nya, kedua client tidak oke dengan harga yang kita ajukan yang sudah termasuk biaya kebutuhan tersebut wkwk.

Oleh karena itu, hal ini menjadi salah satu kesedihan yang mendalam dari diri seorang Freelancer, yang harusnya nerima gaji full, ini harus kepotong bayar listrik lah 400rb, indihome lah 350rb, kopi lah 150 rb, lama-lama tinggal sejuta nih gaji wkwk.

4. Menjadi bahan omongan tentangga

Yang ini yang paling menyakitkan sih kayaknya ya wkwk. omongan tetangga emang ga ada habisnya dah, entah itu tetangga atau teman sekolah, teman arisan emak, atau bahkan kerabat sendiri ada aja yang suka ngomong pedes kayak sambalado terasa pedas, terasa panas.

"Eh liat deh si udin, kasian tuh, sarjana tapi nganggur, kerjaannya dirumah aja, ngluyur keluar ga jelas. Kuliah lama-lama ngabisin duit, ujung-ujungnya nganggur". Well kurang lebih seperti itu lah ya kalo ditarik kesimpulan omongan-omongan tetangga wkwk. Mungkin ngga semua ya, tapi sebagian besar pasti seperti itu, well, come on kita pasti pernah menjadi korban omongan tetangga dalam konteks apapun itu.

Masa iya apa perlu kita kasih liat rekening kita nih ke mereka biar mereka tau kita kerja wkwk, apa perlu kita ajak mereka liat kita pas lagi kerja sebagai bukti kita ga nganggur? apa iya wkwk. Tapi ya manusia mah emang gitu, benar atau salah ada saja yang menjadi bahan pembicaraan. Jadi sebagai Freelancer, saya mah ambil hikmahnya aja, yang penting duitnya halal dan berkah. AMIN.

5. Menjadi momok saat ditanya pekerjaan sama Calon Mertua

Banyak orang yang belum terlalu paham dengan pekerjaan sebagai Freelancer, sebagian besar masyarakat awam menganggap Freelancer ya pekerja serabutan. Tapi jangan salah, banyak Freelancer yang memang banyak job dan bisa lebih cepat dan lebih banyak mengumpulkan pundi-pundi keuangan di banding para pegawai korporat kebanyakan. Namun ya tidak semua seperti itu ya wkwk.

Nah, karena paham itu lah pekerjaan Freelance menjadi sebuah momok saat kita bertemu calon mertua. Kebanyakan, seperti yang diliat di video-video entah itu sinetron, youtube, iklan atau media video yang menampilkan adegan seorang pria bertemu dengan calon mertua nya, pasti di tanya kerjanya apa.

Ketika kita menjelaskan pekerjaan kita adalah Freelancer, 90% camer akan menarik kesimpulan kita adalah pekerja serabutan wkwk. Tapi kalo dipikir-pikir definisinya ngga seburuk itu kok, yang penting kan output yang kita hasilkan wkwk digit nya, anggaplah 1 kali project an digitnya 11 gimana? wkwkwk tapi projectnya selesai dalam waktu 3 bulan, ya sama aja hahaha.

Jadi ya memang kadang pekerjaan adalah salah satu hal penting yang menjadi pertimbangan camer untuk merestui kita, karena setiap orang tua ingin yang terbaik untuk anaknya <3.


6. Apalagi ya?

Hmmm, kayak nya cuman itu dulu deh ya yang bisa saya sampaikan di tulisan kali ini. Mungkin kalo kepikiran lagi bakal di bikin part 2 nya aja kali ya. Wkwk, sebagian besar tulisan-tulisan diatas memang diambil dari pengalaman pribadi saya namun tidak semua ya. Ada beberapa poin yang saya ambil dari fenomena-fenomena yang saya temukan. Poin mana aja hayo yang merupakan pengalaman pribadi saya? coba tebak deh wkwk.

ok, see you in the next article

0 komentar:

Posting Komentar